Hey guys, selamat datang kembali di blog terandom di jagad raya internet (heleh lebay).Btw, itu persepsi saya secara pribadi. Ngomongin persepsi, semua orang pasti punya persepsi tersendiri, mau itu anak bocil (bocil FF), remaja, dewasa, dan bahkan lansia juga punya persepsi.
Konklusinya, semua orang punya persepsi.
{I}-Persepsi itu Senjata
Bagi gue, persepsi itu di ibaratkan senjata. Kalau tentara
punya senjata berupa senapan, bazooka, dan M-16, ahli IT punya senjata berupa
laptop spek dewa. Nah, kalau senjata kita ( warga sipil ) adalah
persepsi.
Kenapa
gue bilang persepsi == “senjata” ?
Ya karena........hmm, apa ya? Lupa juga saya:v
Oiya, gue ibaratkan
sebagai senjata karena tanpa adanya persepsi kita bisa ke-tipu, ke-brukk, mudah terpengaruh, dan gak punya arah serta tujuan bro.
Karena
persepsi itu mencakup cara kita menilai keadaan sekitar kita, baik secara
subjektif dan objektif, serta proses dimana kita memiliki tanggapan terhadap
aksi yang diberikan dari seseorang, lalu kita memberikan reaksi yang mana
dengan persepsi.
Singkatnya. Perpsepsi itu senjata yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
{II}-Manajemen Persepsi
Alasan gue kasi judul managemen persepsi adalah karena salah satu buku Filosofi Teras Karya Henry Manampiring. Di bagian BAB I dengan judul BAB Survei Khawatir Nasional yang pastinya membahas tentang kecemasan yang ada pada keseharian kita. Dan tentunya jika kita hubungkan antara persepsi dan cemas tentunya berhubungan karena kita cemas karena kita menggunakan senjata kita (persepsi) lalu memberikan reaksi terhadap suatu kejadian tersebut seperti misalnya :
[contoh 1]
“Duh nilai UTS Kimia dapat 30 lagi, naik kelas gak ya? ”, nah ini adalah satu contoh persepsi cemas yang gue karang.
[Contoh 2]
Atau contoh persepsi
cemas yang gue lansir dari buku Filosofi Teras
“Wah, sialah gue gak bisa jalan, mana macetnya sekitar 1 Km lagi”.
[Contoh 3]
Hmm, atau contoh simple dari cewe gue ( lebih tepatnya teman ),
“Malu ketemu teman yang lain”. Dia bilang begitu ke gue, padahal dia itu cakep bet dah bro, gue sampe klepek-klepek liat dia. Tapi ya hedeh, persepsinya begitu sih kalo misalnya ketemu teman-teman yang lain.
Nah dari sini, senjata yang berupa persepsi digunakan
dengan cara yang salah. Mungkin karena tidak di manage sehingga membuat hasil
persepsi kita nampak kesal dan cemas.
Akan tetapi, bagaimana jika kita menerapkan manajemen persepsi dalam contoh kasus seperti itu.
Cara manajemen persepsi adalah dengan menerapkan persepsi positif.Hmm, gimana caranya? How’s it work properly?
Caranya adalah dengan memandang sesuatu dengan pikiran yang positif, semisalnya. “Hmm, macet dijalan. Tapi boleh nih ada cewek cantik disamping motor nih, boleh diajak ngomong (bukan momong) bareng” . Nah ini konteksnya sama-sama macet (seperti contoh 2) , tapi problem solve-nya kita pake suhu positif aja.
Sekiranya seperti itu manajemen persepsi yang gue maksud. Persepsi yang kita punya sebaiknya kita pergunakan sebaik mungkin, karena persepsi sama dengan senjata AK-47 yang digunakan para teroris untuk memanipulasi pemikiran orang untuk sama-sama masuk ke jurang.
{III} – Gunakan Persepsi dengan
benar
Jadi seperti itu
yang bisa gue sampaikan di tulisan kali ini. Semoga yang gue sampaikan
berfaedah buat teman-teman semua. Jangan salah gunakan persepsi.
Sampai ketemu ditulisan berikutnya, kalau sempat.
Nice yostry, keep fighting
ReplyDeletethanks bro.
Delete