Halo Si Masa
Lalu dan teman - teman, Selamat datang di personal blog Yosry Lenggu.
Ini bukanlah sebuah
puisi dan juga bukan ingin untuk berpuitis. Ini hanya sebuah ungkapan perasaan
yang selalu terpendam di hati dengan sifat ambigu dan anxious.
Si Masa Lalu,
_________________________________
Sebelum di panggil masa lalu, kamu dulu di panggil sebagai masa
depan. Kosakata yang aku sebut demikian sirna karena faktor eksternal
saat itu. Sebelum menjadi masa lalu, isi chat Whats App terasa seperti Festival Lampion China yang selalu memberi
terang notifikasi di HandPhone. Memang kamu bukan China, tapi kamu tetap
menjadi penerang notifikasi Handphone.
Dulu balas chat cepat, sekarang sudah bersikap
seperti teknik slow motion di film cinematic aesthetic. Kalo kata mbah google
begini “Video slow-motion memperlambat
pergerakan obyek dalam sebuah peristiwa, sehingga terlihat lebih dramatis”.
Setidaknya aku masih bersyukur kalau kamu balas chat teknik slow motion
daripada tidak di jawab atau bahkan hanya di read saja chat ini.
Bukan berarti juga jika sudah menjadi masa
lalu, maka nama kontak di HandPhone hanya menjadi sebatas nama saja. Aku masih
tetap mau berkomunikasi denganmu melalui via Whats App.
Si Masa Lalu yang selalu menemani di malam hari
saat piluku merekah entah ke dunia lain, dan saat bayangmu itu hadir justru
membawaku untuk pergi menuju ke dunia mitologi bernama Alfheim. Ya,
tempat itu diyakini dihuni oleh peri cahaya dan diyakini sebagai makhluk yang
paling indah seperti sosokmu yang seringkali hadir dalam mimpiku.
Memang
berat rasa, berat pikiran, dan berat batin.
Sebagian orang berpendapat bahwa “ masa lalu itu
harus dilupakan dan kita harus move on dari masa lalu tersebut ”. Dia pun pasti
berpikir demikian. Namun, justru masa lalu tak dapat dan tak bisa
dilupakan. masa lalu akan menjadi komponen sentimental bagi setiap orang,
bahkan sejarah perang pun akan sangat sulit untuk dilupakan.
________________________________
Rasa sentimental ini masih tetap ada dan
membekas. Semua yang terjadi tidak dapat di lupakan. Karena segala yang baik
masih ada di masa lalu, yang baik dipetik dan yang buruk dibuang. Semoga
menjadi evaluasi diri tersendiri setelah apa yang telah terjadi kala itu. Cepat
atau lambat kita pun bisa menjadi lebih baik dengan adanya masa lalu.
Belajar untuk berpindah tidak semudah memindahkan
gelas di meja lain, berpindah perasaan lebih berat dibanding menerima paketan
buku kalkulus dengan materi satu ton.
Let it go through, but don’t ever you forget it.
Sekian.
Im Not fo ex
ReplyDeletehmm : ))
Delete