Beberapa minggu lalu, saya menghabiskan banyak waktu di museum dan saat itu juga merupakan momen pertama kali masuk ke dalam gedung museum di Kota Kupang, Provinsi NTT. Jadi sudah jelas, saya akan menceritakan kesan pada saat berada di dalam museum.
Di NTT khususnya di Kota Kupang terdapat dua museum yang saya ketahui yaitu Museum Daerah Nusa Tenggara Timur, Museum El Tari , Museum Negeri Kupang Kota Kupang, dan teman - teman bisa langsung melihat foto dibawah ini 👇.
Museum Negeri Kota Kupang |
![]() |
Museum NTT |
Beruntung saya bisa berkunjung secara gratis karena ada kegiatan disana dan dari semua museum yang sebutkan, hanya satu museum yang saya kunjungi yaitu Museum NTT. Didalam gedung museum ternyata memiliki banyak barang - barang bersejarah, kuno, antik, dan unik.
Tapi kalo kita bilang museum di Perancis yang namanya Musée du Louvre di Kota Paris itu jauh lebih besar dari museum yang lainnya dan memiliki banyak barang - barang bersejarah(tentu saja). Salah satu masterpiece signature paintings dari beberapa seniman yang mendapat sorotan adalah lukisan mahakarya Renaissance seperti 'Dying Slaves' Michelangelo, 'The Wedding Feast at Cana' karya Paolo Veronese, dan tentu saja yang sudah tidak asing lagi yaitu 'Mona Lisa' ciptaan Leonardo.
![]() |
Musée du Louvre |
Kembali ke outline utama, berhubung yang saya kunjungi hanyalah museum NTT, maka yang saya bahas adalah tentang sejarah peninggalan budaya nenek moyang Nusa Tenggara Timur. Peninggalan budaya NTT memiliki ciri khas tersendiri yang sangat kental, sehingga memiliki daya tariknya pula.
Ada beberapa barang - barang bersejarah yang saya potret tapi dengan jenis - jenis yang berbeda karena ada benda - benda dari museum kategori geologi dan budaya. Penjelasan pertama adalah benda - benda dari museum geologi seperti ammonite dan fosil kayu.
Pada gambar pertama adalah Ammonite. Apa itu ammonite? apakah itu Emon anak yang sering di palak? tentu tidak dong.
![]() | ||
Ammonite
|
Ammonite adalah hewan laut prasejarah mirip cumi-cumi raksasa yang memiliki cangkang dan telah punah bersamaan dengan dinosaurus sekitar 65 juta tahun yang lalu. Nama panggilan dari si Ammonite adalah Amon ( Ammonoidea, æmənaɪts) yang merupakan kelompok hewan invertebrata laut yang sudah punah, dari sub kelas Ammonoidea dan kelas Cephalopoda. Hewan ini erat kaitannya dengan coleoids hidup seperti gurita, cumi, dan sotong. Jadi dikatakan ini adalah nenek moyang dari teman cumi - cumi sekeluarga.
Pada gambar kedua adalah tentang fosil kayu, namun saya tidak terlalu secara detail mengenai jenis fosil kayu yang saya foto karena di keterangan foto hasil dikatakan bahwa fosil kayu tersebut didapat / ditemukan dari cekungan soa.
Jadi dari beberapa foto yang saya potret sebenarnya masih banyak lagi objek, namun di karenakan banyak pengunjung sehingga sedikit sulit untuk mengambil angle yang tepat, sehingga hanya ada dua saja.
Masih belum selesai sampai disini, karena ada benda - benda museum berunsur budaya yang sempat saya potret seperti permainan tradisional, perabotan tradisional, persenjataan, dan alat musik. Beberapa foto dan video yang saya dapat akan di rangkum di bawah ini
Pasti dari teman - teman sudah tidak asing dengan yang namanya gasing dan permainan conglak seperti pada gambar diatas. Jadi sejarah adanya permainan conglak karena orang - orang tiongkok yang ada di kupang pada kala itu memperkenalkan permainan tersebut pada orang - orang yang bermukim di kupang. Congklak pada umumnya dimainkan oleh dua orang.
Sedangkan gasing adalah permainan yang dimainkan dengan cara diputar menggunakan tali / benang. Permainan ini hanya dapat dimainkan dengan satu orang saja.
2. Perabotan tradisional
3. Persenjataan
4. Alat Musik
Pada Gambar berikutnya, terdapat alat musik tradisional yang sudah akrab dengan saya secara khusus yaitu alat musik sasando. Sasando adalah alat musik berdawai yang berasal dari Pulau Rote yang dimainkan dengan cara dipetik. Ada beberapa versi cerita yang mengisahkan tentang awal mula Sasando. Salah satu cerita yang banyak berkembang di masyarakat adalah kisah
Sangguana yang terdampar di Pulau Ndana dan jatuh cinta dengan putri Raja.
Mengetahui Sangguana jatuh cinta kepada putrinya, sang Raja pun memberikan
syarat untuk menerima Sangguana. Sangguana diminta untuk membuat alat musik
yang berbeda dengan alat musik lainnya.
Koda,
Jadi seperti itu hasil potret yang saya dapat saat seharian keliling di dalam museum mulai dari sejarah geologi dan budaya, banyak pelajaran yang saya petik saat pertama memasuki gedung museum, yaitu kita sebagai anak muda harus memahami apa itu peninggalan sejarah dunia dan bahkan budaya, memang semua itu sudah berlalu dan kuno, tapi tetaplah berharga nilainya.
Anak muda saat ini semakin hari, rasa cinta akan budaya mereka pun menjadi pudar dan selalu menganggap bahwa peninggalan sejarah budaya ini hanya sesuatu yang tidak penting dan tidak berarti buat mereka, justru hanya lebih mementingkan unsur westernisasi dibandingkan budaya sendiri.
Oleh karena itu, mari sebagai generasi muda haruslah kita melestarikan budaya peninggalan nenek moyang kita.
Sekian.
Review :
Comments
Post a Comment